Jumat, 15 November 2013
MAKALAH EKONOMI KELAS X PERILAKU KONSUMEN DAN PRODUSEN DALAM KEGIATAN EKONOMI
MAKALAH
EKONOMI KELAS X
PERILAKU KONSUMEN DAN PRODUSEN DALAM
KEGIATAN EKONOMI
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Ketua
Tarbiyatul Munawaroh
Anggota
|
|
1.
Nita natalia
|
2.
Nur Annisa
|
3.
Yolanda
|
4.
virliana
|
5.
Rahmat H.
|
6.
Aldi
|
7.
Irwan
|
|
SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI
SMAN
3 PANDEGLANG
JL. Perintis Kemerdekaan Km. 2 Telp. (0253) 801389
Labuan. 42264
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada
Allah STW, yang karena bimbingannyalah dan motivasi dari guru ekonomi maka kami
kelompok 3 bisa menyelesaikan sebuah makalah ekonomi berjudul “KEGIATAN EKONOMI KONSUMEN DAN
PRODUSEN“
Makalah ini dibuat
dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan
karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. kami mengucapkan terimakasih
kepada ibuk guru yang telah membimbing kami dalam menghadapi berbagai kesulitan
dalam penyusunan makalah ini.
kami menyadari
bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna
itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan
semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULIAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………. 2
C. Tujuan Prilaku Konsumen …………………………………. 2
BAB
II PRILAKU KONSUMEN DAN PRODUSEN
DALAM KEGIATAN EKONOMI ………………………..…………….. 3
A. Prilaku Konsumen …………………………………………… 3
B. Prilaku Produsen ……………………………………………. 10
BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 20
A. Kesimpulan …………………………………………..………. 20
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 22
GLOSARIUM …………………………………………………………………. 23
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam mengenal konsumen kita perlu
mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa
manusia itu sendiri. Suatu metode didefinisikan sebagai suatu wakil realitas
yang disederhanakan, model perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu
skema atau kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan suatu
aktivitas - aktivitas konsumen. Model perilaku konsumen dapat pula diartikan
sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang diyakinkan konsumen
dalam mengambil keputusan membeli.Adapun yang mempengaruhi factor-faktor
perilaku konsumen Kekuatan social budaya terdiri dari factor budaya, tingkat
social, kelompok anutan (small referebce grups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan
psikologi terdiri dari pengalaman belajar,kepribadian, sikap dan keyakinan.
Sedangkan tujuan dan fungsi model perilaku konsumen sangat bermanfaat dan
mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai perilaku
konsumen.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang
permasalahan masalah yang ada dikemukan perumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah
perilaku konsumen itu dalam ilmu ekonomi mikro?
2.
Factor-faktor
apa saja yang mempengaruhi perilaku kosumen?
3.
Metode
apa saja yang digunakan dalam penelitian perilaku konsumen?
4. Apa
teori dari perilaku konsumen ?
C.
TUJUAN PERILAKU KONSUMEN
yang ingin dicapai sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apakah perilaku
konsumen itu dalam ekonomi mikro
b. Untuk mengetahui factor-faktor apa
saja yang mempengaruhi perilaku konsumen
c. Untuk mengetahui metode apa saja yang
digunakan dalam penelitian perilaku konsumen
d. Untuk mengetahui teori dari perilaku
konsumen.
BAB II
PERILAKU KONSUMEN DAN PRODUSEN DALAM KEGIATAN
EKONOMI
A.
Prilaku
Konsumen
Sebelum kita
dapat mengetahui pola perilaku konsumen, kita harus mengetahui terlebih dahulu
apakah yang dimaksud dengan konsumsi?. Kata konsumsi sudah tidak asing lagi
bagi Anda. Bukankah saat acara peringatan hari besar disekolah maupun
dilingkungan masyarakat selalu dibentuk panitia konsumsi?. Jadi menurut anda,
apakah benar jika konsumsi diartikan sebagai proses makan dan minum?
a.
Pengertian Konsumsi
Kata
konsumsi berasal dari kata consumptio yang berarti menggerogoti
hingga habis atau menghabiskan. Dengan begitu makan dan minum dapat
dikategorikan sebagai kegiatan konsumsi. Namun kegiatan konsumsi bukanlah hanya
mencakup makan dan minum saja, tetapi juga berkenaan dengan kebutuhan pakaian, tempat
tinggal, transportasi dan masih banyak lagi karena kebutuhan manusia cenderung
bertambah dan beragam.
Jadi, setiap
tindakan manusia dalam memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya
termasuk dalam kegiatan konsumsi. Namun demikian, kita harus berhati-hati dalam
menentukan apakah suatu kegiatan dalam menggunakan suatu benda tersebut
termasuk kedalam lingkup konsumsi atau tidak.
Untuk melihat
apakah pemakaian suatu benda termasuk kedalam lingkup konsumsi atau produksi,
kita dapat melihatnya dari beberapa hal yang menjadi ciri-ciri benda konsumsi
berikut.
Benda-benda yang dikonsumsi adalah benda ekonomi atau benda
yang untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan. Seperti kegiatan menghirup
udara, berjemur pada sinar matahari pagi dan mandi di sungai bukan kegiatan konsumsi karena benda
itu didapat secara gratis.
Benda yang
dikonsumsi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti penggunaan ge
rgaji, cangkul, mesin-mesin, dan barang-barang modal lainnya yang bertujuan
menambah faedah benda tidak
dikategorikan ke dalam kegiatan konsumsi.
1.
Manfaat nilai atau
jumlah barang yang digunakan tersebut akan habis sekaligus atau
berangsur-angsur.
a. Barang yang nilai gunanya dihabiskan
secara berangsur-angsur.
Contohnya Pakaian, sepatu dan
televisi
b. Barang yang nilai gunanya dihabiskan
sekaligus.
Contohnya Makanan, minuman dan
obat-obatan.
2.
Tujuan Kegiatan
Konsumsi
Coba jelaskan,
apa tujuan kamu makan, minum, berpakaian, menonton TV, atau piknik ke pantai?
Jawabannya tentu adalah untuk memenuhi kebutuhan. Makan, minum, dan berpakaian
adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik secara langsung.
Sedangkan
menonton TV dan piknik adalah untuk memenuhi kebutuhan rohani. Kedua jenis
kebutuhan tersebut dipenuhi secara langsung oleh benda konsumsi. Artinya, benda
konsumsi tersebut secara langsung kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan konsumsi yang dilakukan manusia pada umumnya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau untuk memperoleh kepuasan. Selain
untuk tujuan konsumsi (menghabiskan kegunaanya), suatu benda juga
dipergunakan sebagai benda produksi. Sebagai contoh, Pak Amir memiliki mobil. Pada
hari Senin sampai Jumat, mobil tersebut dipergunakan untuk oleh Pak Amir untuk
mengangkut penumpang. Sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu, mobil tersebut
khusus digunakan untuk keperluan keluarga, seperti berbelanja ke pasar,
piknik, atau jalan-jalan ke mal. Pada hari Sabtu dan Minggu mobil
tersebut digunakan untuk kegiatan konsumsi. Namun penggunaan mobil tersebut
dari hari Senin sampai dangan Jumat bukanlah untuk tujuan konsumsi, melainkan
untuk tujuan menghasilkan uang dan berperan sebagai benda produksi.
3.
Pola Perilaku
Konsumen
Masing-masing
konsumen merupakan pribadi yang unik. Konsumen yang satu dengan lainnya
mempunyai kebutuhan yang berbeda dan perilaku yang berbeda dalam memenuhi
kebutuhannya. Namun, dalam perbedaan-perbedaan yang unik itu ada suatu persamaan,
yaitu setiap konsumen berusaha untuk memaksimalkan kepuasaannya dalam
mengkonsumsi suatu barang.
Perilaku
konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam
memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan mengikuti tindakan– tindakan tersebut.
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang
berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan
alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan
pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).
Teori perilaku
konsumen dapat menjelaskan bagaimana cara seorang konsumen memilih suatu produk
yang diyakini akan memberikan kepuasan meksimum dengan dibatasi oleh pendapatan
dan harga barang.
Untuk membahas
perilaku dalam ilmu ekonomi kita mengenal teori perilaku konsumen, yang
terakomodasi dalam pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.
4.
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
Pendekatan
kardinal juga disebut sebagai pendekatan marginal utility. Pendekatan
Kardinal dalam analisis konsumen didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan
yang diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang dapat diukur/dikuantifikasi
dengan satuan tertentu, seperti uang, jumlah atau buah.
Semakin besar
jumlah barang yang dikonsumsi, semakin besar pula tingkat kepuasan
konsumen.Konsumen yang rasional akan berusaha memaksimukan kepuasaannya dengan
pendapatan yang dimilikinya.
Beberapa pakar
ekonomi telah mengembangkan gagasan mengenai konsep nilai guna. Seperti dari
hasil penelitian Herman Heinrich Gossen mengenai nilai guna total (Total
Utility) dan nilai guna marjinal (Marjinal Utility) yang terkandung
dalam Hukum Gossen I dan Hukum Gossen II.
Ø Hukum Gossen I
Menurut penelitian Herman Heinrich Gossen, Pemenuhan
kebutuhan Akan suatu barang dilakukan secara terus menerus, kenikmatan
dari mengkonsumsi barang tersebut mula-mula semakin tinggi, namun setiap
tambahan satu unit barang akan membuat tambahan kenikmatan menurun
sampai akhirnya akan mencapai titik jenuh (mencapai titik nol).
Ø Hukum Gossen II
Mengingat sumber daya yang terbatas, pemenuhan kebutuhan primer
akan lebih tinggi tingkat kepuasaannya daripada pemenuhan kebutuhan sekunder.
Demikian pula pemenuhan kebutuhan sekunder lebih tinggi tingkat
kepuasaan/kegunaannya daripada kebutuhan mewah atau kebutuhan tersier.
Ø Pendekatan Ordinal
Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen mampu
meranking/membuat urutan-urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi
berdasarkan kepuasan yang akan diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara
absolut. Pendekatan ordinal digunakan dengan menggunakan analisis kurva
indiferensi. Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai
titiktitik kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang sama. Mengukur
kepuasan konsumen dengan pendekatan kurva indiferensi didasarkan pada 4 (empat)
asumsi, yakni :
ü Konsumen
memiliki pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang dinyatakan dalam
bentuk peta indiferensi.
ü Konsumen
memiliki dana dalam jumlah tertentu.
ü Konsumen
selalu berusaha untuk mencapai kepuasan maksimum.
ü Semakin
jauh dari titik origin, maka kepuasan konsumen semakin tinggi.
5.
Karakteristik Kurva
Indiferensi
Kurva indiferensi memiliki karakteristik atau ciri-ciri
umum sebagai berikut:
ü Memiliki
kemiringan yang negatif Bila jumlah suatu barang dikurangi maka jumlah barang
yang lain harus ditambah agar dapat memperoleh tingkat kepuasan yang sama.
ü Tidak
dapat berpotongan Perpotongan antara dua kurva indiferensi tidak mungkin
terjadi.
ü Cembung
terhadap titik nol
B.
Perilaku Produsen
Dahulu pada zaman purba , barang - barang yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat diambil begitu saja dari alam tanpa
mengeluarkan pengorbanan yang berarti. Hal ini dapat berlangsung karena barang
yang tersedia jauh melebihi yang diperlukan penduduk pada zaman itu. Belum lagi
kenyataan bahwa pada saat itu kebutuhan manusia masih sangat sederhana.
Namun, setelah mengalami perubahan – perubahan zaman yang
memicu banyak terjadinya perubahan dalam berbagai bidang, manusia dihadapkan
pada kenyataan bahwa barang yang mereka butuhkan jauh melampaui sumber daya
alam yang ada. Bahkan seringkali barang yang mereka butuhkan dari alam tidak
dapat langsung mereka gunakan melainkan harus melalui proses produksi. Jadi,
apakah yang dimaksud dengan produksi?
1.
Pengertian Produksi
Produksi dapat kita
lihat dimana saja. Produksi yang paling sederhana adalah
seseorang membuka salon kecantikan di rumahnya. Ia sudah dapat mendapat
penghasilan dari salonnya tersebut. Inilah yang dimaksud dengan produksi,
seseatu yang berkaitan dengan penambahan nilai guna suatu objek. Nilai guna
yang ditambahkan dalam contoh diatas adalah bagaimana sebuah rumah tidak hanya
digunakan sebagai tempat tinggal namun dapat berfungsi juga untuk menghasilkan
pendapatan bagi pemiliknya.
2.
Tujuan Produksi
Dari pengertian tersebut, jelas bahwa kegiatan produksi
mempunyai tujuan yang meliputi:
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
konsumen
ü Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.
ü Meningkatkan
kemakmuran masyarakat.
ü Memperoleh
keuntungan sebesar - besarnya.
ü Memperluas
lapangan usaha.
ü Menjaga
kesinambungan usaha perusahaan.
ü Memenuhi
kebutuhan rumah tangga produksi maupun rumah konsumsi
Memenuhi kebutuhan sesuai perkembangan zaman
dan kemajuan teknologi serta penduduk yang semakin meningkat.
Memacu tumbuhnya usaha produksi lain sehingga
dapat menyerang pengangguran.
Meningkatkan pendapatan masyarakat atau
pendapatan Negara.
Memproduksi barang-barang ekspor berarti
meningkatkan sumber devisa Negara.
3.
Faktor
– faktor Produksi
Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur - unsur
yang dapat digunakan dalam proses produksi. Unsur – unsur ini meliputi Sumber
Daya Alam, tenaga manusia, modal, dan kewirausahaan. Semua unsur – unsur
tersebut dinamakan faktor produksi. Jadi, Faktor produksi adalah
semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar barang
dan jasa.
4.
Faktor Produksi Sumber Daya Alam ( Natural
resources)
Sumber Daya Alam adalah segala sesuatu yang di sediakan
oleh alam dan dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber
Data Alam disini meliputi segala sesuatu yang ada dalam Bumi, seperti:
ü Tanah
ü Tumbuhan
ü Hewan
ü Air
ü Dsb
5.
Faktor Produksi Tenaga Kerja ( Labour )
Tenaga kerja yang dimaksudkan disini adalah semua tenaga
manusia termasuk kemampuan fisik, mental, keterampilan dan keahlian yang dapat
disumbangkan untuk memngkinkan dilakukannnya proses produksi barang atau jasa. Tenaga
kerja menurut kemampuannya di bedakan menjadi:
ü Tenaga
kerja terdidik (Skilled Labour)
Adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik
formal maupun non formal. Contohnya akuntan, guru, dokter, peneliti,dan
pengacara.
ü Tenaga
kerja terlatih (Trained labour)
Adalah tenag kerja yang memperoleh keahliandari
pengalaman dan keahlian. Contohnya sopir, teknisi, montir,dan tukang kayu.
ü Tenaga
kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled and untrained labour)
Adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekutan
jasmani daripada pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu. Contohnya
tukang sapu, pemulung, buruh tani, buruh kasar dan pesuruh.
6.
Faktor Produksi Modal (Capital)
Dalam hal ini modal bukan hanya berupa uang, namun modal
yang dimaksudkan disini adalah barang – barang modal maupun uang yang digunakan
untuk memproduksi barang lebih lanjut.
Sebagai contoh, nelayan tidak dapat mengambil ikan dengan
uang namun uang dapat digunakan untuk membeli jala yang dapat digunakan untuk
mngambil ikan. Jadi, terbukti bahwa selain modal dalam bentuk uang, kita juga
membutuhkan apa yang dinamakan barang – barang modal.
7.
Faktor Produksi Kewirausahaan
(Enterpreneurship)
Faktor ini mengambil peranan penting dalam proses
produksi. Hal ini disebabkan karena walaupun factor tanah sudah tersedia, modal
sudah dimiliki, tenaga kerja lengkap dan siap melaksanakan tugas masing –
masing, tetapi jika tidak dipimpin dan di organisasi oleh seorang yang ahli dan
berpengalaman maka apa yang direncanakan tidak akan tercapai. Maka dari itu,
seorang pengusaha harus memiliki keahlian untuk menunjang bakat dan
kemampuannya.
Pengusaha sebagai pemicu proses produksi harus memliki
kemampuan untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor - faktor produksi
dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien.
Sebagai contoh, ada dua Negara yang memiliki tiga factor
produksi yang sama (SDA, tenaga kerja, dan modal), tetapi hanya salah satu
diantaranya berproduksi lebih baik karena ia memiliki kapasitas entrepreneurship
yang lebih baik daripada Negara yang lain.
8. Pola
Perilaku Produsen
a. Produksi jangka pendek
Produksi jangka pendek berarti terdapat satu faktor
produksi yang bersifat tetap sedangkan faktor produksi lainnya bersifat
variabel (berubah - ubah). Dalam hal ini jangka pendek dan jangka panjang tidak
terkait dengan lamanya waktu yang digunakan dalam proses produksi suatu barang,
tetapi lebih kepada sifat factor produksi yang digunakan.
1.
Fungsi Produksi
Adalah hubungan teknis antara factor produksi dengan
barang produksi yang dihasilkan dalam proses produksi. Produk sebagai output
dari proses produksi sangat tergantung pada faktor produksi sebagai input
dalam proses produksi tersebut. Hubungan antara faktor produksi dengan produk
dapat digambarkan sebagai berikut :
ü Input:
a.
SDA
b.
SDM
c.
Modal
d.
Pengusaha
ü Output
:
a.
Barang dan Jasa
Apabila salah satu factor produksi sebagai input
mengalami perubahan, maka output akan berubah sesuai dengan besar kecilnya
pengaruh factor produksi yang bersangkutan terhadap outputnya.
2.
Hukum Tambahan Hasil yang Menurun (The Law
of Diminishing Return)
Hukum ini menggambarkan apabila factor produksi yang
dapat diubah jumlahnya misalnya tenaga kerja terus menerus ditambah sebanyak
satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya. Akan
tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu, produksi tambahan akan makin
berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif. Ini menyebabkan pertambahan
produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum
kemudian menurun.
Dalam produksi jangka pendek, salah satu factor produksi
bersifat tetap, sedangkan fakor produksi lainnya variable. Dalam hal ini akan
dijumpai kenaikan produksi total yang akan berkurang seiring dengan
pertambahan faktor produksi variable ditambah secara terus menerus.
Faktor
Produksi Tetap (Tanah )
|
Faktor
Produksi Variabel
(Tenaga Kerja)
|
Produksi
Total
Padi
|
Tambahan
Hasil ( Produksi Marginal )
|
1
|
0
|
0
|
-
|
1
|
1
|
8
|
8
|
1
|
2
|
18
|
10
|
1
|
3
|
30
|
12
|
1
|
4
|
45
|
15
|
1
|
5
|
55
|
10
|
1
|
6
|
63
|
8
|
1
|
7
|
70
|
7
|
1
|
8
|
70
|
0
|
1
|
9
|
60
|
- 10
|
1
|
10
|
50
|
- 10
|
Tabel 1. Tambahan hasil produksi padi
|
Berdasarkan Tabel 1 diatas, dapat disimpulkan bahwa pertambahan produksi
total ini semakin sedikit seiring terus terjadinya pertambahan tenagan kerja.
Namun, jumlah pertambahan produksi total (produksi marginal) ini semakin
sedikit. Pada saat ada satu tenaga kerja, produksi total yang dihasilkan adalah
delapan. Jika tenaga kerja ditambah menjadi dua orang, produksi total meningkat
menjadi 18, berarti produksi marginal sebanyak 10.
Tambahan produksi ini
biasa disebut produksi marginal tenaga kerja, yaitu tambhan produksi akibat
bertambahnya satu satuan tenaga kerja. Dari tabel tersebut juga diketahui
bahwa sifat dari produksi marginal adalah pada awalnya meningkat sejalan dengan
meningkatnya produksi total dan mencapai puncaknya saat produksi total mencapai
titik maksimum. Setelah mencapai puncaknya, produksi marginal akan terus
menurun bahkan bisa mencapai angka negatif
b.
Produksi Jangka Panjang
Produksi
dalam jangka panjang bukan berarti proses produksi yang dilakukan membutuhkan
waktu yang panjang. Jangka panjang yang dimaksudkan dalam artian ini adalah
semua variable yang digunakan dalam produksi berubah – ubah.
1.
Perilaku Produsen
yang Mengutamakan Kepentingan Masyarakat
Kemajuan dan kesuksesan suatu bisnis tergantung pada etos
kerja dan etika para pelaku bisnis. Selain emngejar keuntungan, pelaku bisnis
juag perlu menanamkan kepercayaan kepada pelanggan. Perhatikan contoh kasus
berikut :
Sebuah butik membuat baju
yang dipesan pelanggannya. Agar tidak mengecewakan pelanggannya, ia membeli bahan
berkualitas di pasar tradisional Tanah Abang. Untuk mengerjakannya, diserahkan
pada dua orang pegawainya yang sudah profesional. Setelah jadi baju itu
dijualnya dengan harga yang pantas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kebutuhan yang
mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan.
seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan
manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling
tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri,
pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah
terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut
akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan. Pembelajaran adalah suatu
proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru
yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir)
atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun
pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan
dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama.
Keputusan
pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau
lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat
membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan
untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan
keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Fully Planned Purchase, baik produk
dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan
produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan
pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat
dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau
aktivitas promosi lainnya.
2. Partially Planned Purchase, bermaksud
untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat
pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau
display produk
3. Unplanned Purchase, baik produk dan
merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan
produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah
pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 2002. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi
No. 1 Ekonomi Mikro, Penerbit BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Engel, James F., Blackwell,
Roger D., dan Miniard, Paul W., 1994. Perilaku
Konsumen, Alih bahasa Budiyanto, Binarupa Aksara, Jakarta,.
N. Gregory Mankiw, 2006. Principles of Enconomics, Pengantar
Ekonomi Mikro, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat. Jakarta
GLOSARIUM
Biaya
(cost) : pengorbanan
untuk mendapatkan suatu tujuan.
Consumption
: Menggerogoti
hingga habis atau menghabiskan.
Faktor
produksi : segala
sesuatu yang dibutuhkan produsen sebagai input untuk memproduksi suatu barang.
Utility
: Derajat
seberapa besar sebuah barang atau jasa dapat memuaskan kebutuhan
seseorang.
Kebutuhan
tersier : kebutuhan
untuk menaikkan status sosial dan gengsi seseorang, dipenuhi setelah
terpenuhinya.
Kurva
indiferensi : kurva
yang menunjukkan berbagai titik kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan
yang sama.
Modal
: segala
sumber daya hasil produksi yang tahan lama, yang dapat digunakan sebagai input
produktif dalam proses produksi selanjutnya.
Nilai
guna : ukuran
kepuasan dari penggunaan barang dan jasa
Langganan:
Postingan
(Atom)